Menurut Fitzsimmons dan Sullivan (1982), perkembangan sektor
jasa erat kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan aktifitas ekonomi. Adapaun tahap-ahap dalam
perkembangan aktifitas ekonomi meliputi
:
- Primer (Ekstraktif), meliputi pertanian, pertambangan, perikanan dan kehutanan.
- Sekunder (Produksi Barang), meliputi pemanufakturan dan pemrosesan.
- Tersier (Jasa Domestik), terdiri atas restoran dan hhotel, salon kecantikan, laundry dan dry cleaning, pemeliharaan dan reparasi.
- Kuarter (Perdagangan), meliputi transportasi, perdagangan eceran, komunikasi, keuangan dan asuransi, real estate, dan pemerintahan.
- Kuiner (Perbaikan dan Peningkatan Kapasitas manusia) terdiri atas kesehatan, pendidikan, riset, rekreasi, dan kesenian.
Adanya kemajuan perekonomian global
dewasa ini mendorong pertumbuhan sektor jasa. Banyak peluang bisnis yang muncul
dari sektor ini, demikian pula halnya kesempatan kerja semakin luas. Di Amerika
Serikat, pekerjaan dalam sektor jasa mencapai 75-77% dari total lapangan kerja
dan 70% dari GNP, serta diharapkan untuk
menyediakan 90% dari keseluruhan lapangan kerja baru pada dekade awal abad 21.
Di Indonesia perkembangan sektor jasa
juga berlangsung pesat. Hal ini di tunjunkan dengan meningkatnya persentase
sektor jasa dalam Produk Domestik Bruto, yaitu dari 37,3% di tahun 1983 menjadi
42,4% pada tahun 1993. Kenyataan ini mendorong adanya peningkatan minat dan
perhatian, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi untuk menelaah dan
lengkaji berbagai permasalahan dalam sektor jasa.
Berbagai faktor bisa dikemukakan
sebagai pemicu perkembangan sektor jasa yang demikian pesat, diantaranya
(Schoell dan Gultinan) :
- Adanya peningkatan pengaruh sektor jasa dalam perekonomian..
- Waktu santai yang semakin banyak.
- Persentase wanita yang masuk dalam angkatan kerja semakin besar.
- Tingkat harapan hidup semakin meningkat.
- Produk-produk yang dibutuhkan dan dihasilkan semakin kompleks.
- Adanya peningkatan kompleksitas kehidupan.
- Meningkatnya perhatian terhadap ekologi dan kelangkaan sumberdaya.
- Perubahan teknologi berlangsung semakin cepa..
2. Barang Tahan Lama (Durable Goods) adalah barang berwujud
yang biasanya bisa bertahan lama dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu
tahun. Contohnya kulkas, mobil, komputer, dan lain-lain.
3. Jasa (Services), merupakan aktifitas, manfaat, atau
kepuasan yang diitawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, kursus keterampilan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya.
Jasa adalah setiap tindakan atau
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain, yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.
Berdasarkan kriteria ini, penawaran
suatu perushaan dapat dibedakan menjadi lima kategori, yaitu :
- Produk fisik murni.
Penawaran
semata-mata hanya terdiri atas produk fisik, misalnya produk sabun mandi, pasta
gigi, atau sabun cuci, tanpa ada jasa atau pelayanan yang menyertai produk
tersebut.
2. Produk fisik dengan jasa
pendukung.
Pada
kategori ini penawaran terdiri atas suatu produk fisik yang disertai dengan
satu atau beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik pada konsumennya.
Misalnya produsen mobil harus memberikan penawaran yang jauh lebih banyak
daripada hanya sekedar mobil saja, yaitu bisa meliputi jasa pengantaran,
reparasi, pemasangan suku cadang , dan sebagainya.
3. Hybrid
Penawaran
terdiri dari barang dan jasa yang sama besar porsinya.
4. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor.
Penawaran
terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap)
dan/atau barang-barang pendukung. Contohnya penumpang pesawat yang membeli jasa
transportasi .
5. Jasa murni.
Penawaran
hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya fisioterapi, konsultasi psikologi,
pemijatan, dan lain-lain.
Beberapa Karakteristik
Jasa dan strateginya
Agar dalam pembahasan mengenai
strategi jasa dapat dibedakan dalam pembahasan strategi produk, sebaiknya
diketahui perbedaan antara infuts dan resources.
Infuts
adalah konsumen itu sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan resources adalah
barang-barang fasilitas, sumberdaya manusia, serta modal yang berada dibawah
pengawasan manajer jasa. Jadi dalam
suatu sistem jasa, penyedia jasa dan pemakai jasa harus mempunyai suatu
hubungan yang sangat erat, dimana konsumen adalah partisipan yang aktif
1. Sifat jasa yang tidak dapat dilihat (intangibility) dan strategi untuk
mengatasinya.
Jasa berbeda pengertiannya dengan
barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah
suatapatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha. Bila barang dapat
dimiliki, maka jasa-jasa dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Meskipun
sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik, misalnya
mobil dalam jasa transportasi, esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah
perfomace yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya. Jasa bersifat
intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau didengar
sebelum dibeli, sehingga untuk mengurangi ketidakpastian, para pelanggan
memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa tersebut
Zeithaml (1981) membedakan tiga kategori kualitas barang dan jasa.
Ø Search quality, yaitu atribut atau
kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli suatu barang, misalnya
warna, aroma, harga, dan rasa.
Ø Experience quality, yaitu atribut
atau kualitas yang hanya bisa dievaluasi setelah membeli atau mengkonsumsi
barang atau jasa tertentu, misalnya jasa tukang cukur rambut.
Ø Credence quality, yaitu atribut atau
kualitas suatu barang yang sukar dievaluasi oleh konsumen, meskipun barang atau
jasa itu telah dibeli atau dikonsumsi, misal operasi jantung.
Tugas penyedia jasa dalam menghadapi
sifat jasa yang tidak dapat dilihat
(intangible) adalah mengelola bukti (manage the evidence) dan memberikan
bukti-bukti fisik sebagai perbandingan pada penawaran abstraknya. Pelanggan
lebih menilai kualitas jasa dari tempat dan suasana lingkungan (place),
keterampilan dan keramahan orang (personel), tersedianya peralatan untuk
mendukung proses jasa (equipment), alat-alat komunikasi (communication material),
simbol dan harga (price) yang mereka amati, yang kesemuanya ini dibungkus dalam
suatu paket jasa (service package)
Manajer jasa harus memahami
karakteristik dari jasa yang bersifat tidak nyata (intangible), sehingga
dapat menentukan strategi-strategi yang
tepat dan terencana, seperti berikut ini :
v Jasa tidak dapat disimpan.
v Jasa tidak dapat dilindungi dengan
hak paten
v Perusahaan tidak dapat dengan mudah
dan cepat mempertunjukkan atau mengkomunkasikan suatu jasa
v Harga sukar diterapkan
v Sesuatu yang tidak mudah
didefinisikan, diformulasikan atau dipahami secara rohaniah.
Strategi-strategi untuk menangani
masalah yang ditimbulkan oleh karakteristik jasa yang tidak nyata (intangible)
tersebut diatas adalah seperti berikut :
1. Menekankan petunjuk-petunjuk yang
tampak (tangible clues), yaitutempat (desain interior dan eksterior), sumber
daya manusia (ramah, responsif, murah senyum,dan berpakaian rapi), peralatan
(komputer,meja,kursi,dan lain)
2. Menggunakan sumber daya personel
lebih banyak daripada sumber daya lainnya
3. Mensimulasikan atau mendorong komunikasi dari
mukut ke mulut, misalnya melalui pesan komunikasi:”Bila anda tidak puas,
beritahukan kami, tetapi bila anda puas beritahukan rekan-rekan anda”
4. Memberikan insentif tertentu kepada setiap pelanggan yang
dapat menarik pelanggan baru bagi perusahaan.Misalnya berupa voucher atau
produk tertentu yang diberikan secara Cuma-Cuma.
5.
Menciptakan citra (image) organisasi yang kuat, misalnya lewat iklan,
logo/simbol, perilaku manajemen, dan karyawan yang positif serta dapat
dipercaya.
6.
Penetapan harga jual, sehingga dapat bersaing dan dapat mendatangkan keuntungan
yang diharapkan. Dalam artian, menarik pelanggan sekaligus dapat menutup
biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
7.
Melakukan survei mengenai kepuasan pelanggan, menampung dan menangani keluhan
pelanggan, menerima saran dan kritik dari pelanggan dan menjalankannya apabila
saran dan kritik itu bersifat memperbaiki pelayanan.
2. Keterlibatan Konsumen di dalam proses
jasa (inseparability) dan strategi mengatasinya.
Keterlibatan konsumen di dalam proses jasa sangat membutuhkan
perhatian dalam penyusunan rancangan fasilitas pendukung, dimana kondisi ini
tidak dijumpai didalam proses manufaktur.
Beberapa karakteristik dibawah ini
merupakan karakteristik yang timbul karena sifat jasa yang inseparability.
Ø Kegiatan
pemasaran dan produktif sangat interaktif.
Ø Terlibatnya
konsumen secara aktif.
Ø Sangat
sukar melakukan produksi massal, karena jasa sangat bersifat individual
sehingga sangat sulit melakukan standarisasi.
Ø Pengendalian
kualitas jasa sulit dilakukan, karena tidak bisa diproduksi sebelumnya.
Kemungkinan kegagalan dalam proses penyampaiannya sulit untuk dianttisipasi.
Strategi-strategi mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh karakteristik inseparability.
q Melakukan rekrutmen dan pelatihan
secara cermat terhadap staf yang terlibat kontak langsung dengan konsumem,
dengan menekankan pentingnya kemampuan berkomunikasi yang baik,
responsif,sanggup melayani pelanggan, pengetahuan yang luas, dan dapat
dipercaya..
q Memberikan penghargaan dalam bentuk
uang maupun pujian-pujian bagi staf yang disenangi pelanggan.
q Mengelola konsumen, yang berarti
memperhatikan hubungan jangka panjang dengan pelanggan (customer relationship).
q Menggunakan berbagai macam lokasi
jasa (multisite locations),artinya jasa tidak berpusat pada satu tempat saja
sehingga mudah diakses dan relatif murah bagi pelanggan. Dengan demikian
perusahaan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para pelanggannya.
Hal-hal
penting lain yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan suatu jasa adalah
suatu keyakinan bahwa konsumen dapat berperan sangat aktif didalam proses jasa.
Misalnya contoh berikut ini :
v Popularitas
toko swala secara langsung yan dan toko-toko dengan potongan harga (discount
store) sebetulnya berawal dari suatu ide bahwa konsumen ingin terlibatsecara
langsung dalam proses pembelian, baik pemilihan barang yang diinginkan,
membawanya sendiri dan langsung membayarnya, tanpa membutuhkan jasa pelayanan.
v Catatan
kesehatan pasien yang membaik sangat berkaitan erat dengan kehadiran dokter
pada saat tertentu, dan metode yang mengharuskan pasien untuk melakukan hal
penting tanpa bantuan perawat.
v Keberhasilan
seorang siswa dalam pendidikan ternyata banyak ditentukan oleh usaha dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Strategi dengan
melibatkan konsumen dalam proses jasa diaplikasikan oleh restoran cepat saji.
Konsumen tidak hanya dibatasi dengan jumlah menu, bahkan dinegara maju,
konsumen juga diharuskan membersihkan meja tempat makan dari bekas-bekas
makanannya masing-masing. Konsep ini secara meyakinkan dapat mengurangi jumlah
karyawannya, terutama dibagian kebersihan dan dibagian pelayanan mengantar
makanan ke meja pelanggan.
3.
Sifat jasa yang mudah rusak
(perishability) dan strategi menghadapinya.
Jasa merupakan komoditas yang tidak
tahan lama. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni atau jam
tertentu tanpa pasien ditempat praktek dokter gigi akan hilang atau berlalu
begitu saja karena jasa tidak dapat disimpan. Berkaitan dengan karakter
perishability, maka jasa tidak dapat disimpan, sehingga untuk mengatasi masalah
ini perlu dipelajari strategi-strategi berikut ini :
1. Menggunakan beberapa pendekatan
untuk mengatasi permintaan yang berfluktuasi (manajemen permintaan), misal
seperti berikut :
v Tidak melakukan apapun, artinya
membiarkan frekuensi dan volume permintaan apa adanya. Karena kondisi yang
dihadapi adalah kapasitas yang tidak dapat ditingkatkan lagi dalam menghadapi
lonjakan permintaan. Misal permintaan angkutan umum pada saat lebaran.
v Mengurangi permintaan pada periode
permintaan mencapai puncaknya, ada beberapa cara yang dilakukan. Pertama
menaikan harga sehingga pada waktu bersamaan, pendapatan dapat ditingkatkan dan
jumlah permintaan akan berkurang. Kedua, menerapkan diffrential pricing
atau memberikan insentif berupa beberapa pertunjukan menarik pada saat
kekurangan pengunjung pada tempat hiburan, dengan tujuan mendorong pemanfaatan
pada kesempatan lain diluar periode puncak.
v Meningkatkan permintaan pada
saat-saat sepi (atau saat kapasitas berlebihan), misalnya dengan menurunkan
harga secara selektif, yakni tetap mempertimbangkan tertutupinya biaya yang
dikeluarkan. Dapat pula dengan cara mengembangkan pemanfaatan jasa untuk
keperluan lain. Sebagai contoh, hotel atau resor dapat pula dipergunakan
sebagai tempat seminar.
v Menyimpan permintaan dengan sistem
reservasi dan janji. Cara ini banyak diterapkan dalam industri penerbangan,
hotel dan motel, restoran, penyewaan mobil, dan lain.lain.
v Menerapkan sistem antrian, sehingga
pelanggan menunggu giliran untuk dilayani. Namun bila terlalu lama menunggu dan
belum juga dilayani, pelanggan bisa kecewa, bosan, jengkel, dan berbagai
perasaan kesal lainnya.
v Mengembangkan jasa atau pelayanan
komplementer, misalnya bank menawarkan fasilitas ATM
2. Melakukan penyesuain terhadap
permintaan dan kapasitas secara simultan sehingga tercapai kesesuaian antara
keduanya (manajemen penawaran). Cara yang dapat ditempuh diantaranya sebagai
berikut :
§ Menggunakan karyawan paruh waktu pada periode
sibuk sehingga perusahaan dapat melayani permintaan pelanggan. Misalnya kantor
pos mempekerjakan pelajar dan mahasiswa pada saat menjelang lebaran.
§ Menyewa atau berbagi fasilitas dan
peralatan tambahan dengan perusahaan lain.
§ Menjadwalkan aktifitas yang tertunda
selama periode permintaan rendah. Artinya selama periode sibuk, setiap karyawan
hanya melaksanakan tugas-tugas pokok, sementara aktifitas yang bisa ditunda
akan dilaksanakan pada saat permintaan sepi.
§ Melakukan pelatihan silang kepada
para karyawan, sehingga para karyawan memiliki berbagai keterampilan dan dapat
saling membantu apabila didepartemen lain super sibuk, sementara didepartemen
sendiri sedang menganggur.
§ Meningkatkan partisipasi karyawan,
misalnya pasar swalayan memilih dan membawa sendiri barang belanjaannya.
4. Sifat jasa yang berbeda-beda (variability) dan strategi menghadapinya.
Jasa bersifat sangat berbeda karena pada umumnya jasa
merupakan nonstandarized output, artinya banyak variasi kualitas dan jenis,
tergantung pada siapa, kapan, dimana jasa tersebut dihasilkan. Pada industri
jasa yang bersifat berbasiskan orang-orang (people based), komponen manusia
yang terlibat jauh lebih banyak daripada jasa yang bersifat berbasiskan
peraltan (equipment based).
Menurut Bovee, Houston dan Thill (1995), ada tiga faktor yang
menyebabkan keankeragaman kualitas jasa.
1. Kerjasama atau partisipasi konsumen
selama penyampaian jasa.
2. Moral/motivasi karyawan dalam
melayani konsumen.
3. Beban kerja perusahaan yang terlalu
besar, sehingga kondisi personel akan mempengaruhi kualitas jasa yang
diberikan.
Berkaitan dengan karakteristik variability, maka sulit untuk
melakukan standarisasi serta pengendalian kualitas jasa. Untuk mengatasi hal
tersebut, perlu disusun strategi-strategi sebagai berikut :
1.
Mengindustrialisasikan jasa, dengan cara menambah dan memanfaatkan peralatan
canggih serta melakukan standarisasi produksi. Contohnya menu Mc Donald yang
sudah tertentu (standar), dengan sistem produksi menyerupai sistem produksi
manufaktur.
2.
Melakukan service customization, artinya meningkatkan intensitas antara
perusahaan dan konsumen, sehingga produk dan program pemasaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan setiap konsumen.
3. Memantau
kepuasan konsumen melalui sistem saran dan keluhan, survei konsumen dan
comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi atau
dikoreksi.